8 Tren eCommerce 2022 yang Menyentak Dunia Marketing

8 Tren eCommerce 2022 yang Menyentak Dunia Marketing

Infeksi virus corona telah mendorong sebagian besar konsumen untuk lebih memilih belanja online, ketimbang belanja secara fisik. Di sisi lain, banyak toko dan tempat bisnis fisik yang harus gulung tikar, kalau tidak bisa mengikuti perkembangan bisnis digital.

Pasar eCommerce tumbuh pesat di seluruh dunia. Pertumbuhan ini terus meningkat dan menguasai lebih banyak pangsa pasar di masa-masa mendatang. Itulah sebabnya, eCommerce menjadi pasar paling menguntungkan yang diinginkan ribuan pebisnis online.

Di zaman sekarang, eCommerce bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Kenapa begitu? Sebab, pertumbuhan usaha bergantung pada pemasaran digital. Persaingan bisnis semakin ketat, jika suatu bisnis belum mengadopsi digital marketing, maka akan kesulitan mempertahankan kelangsungan usahanya.

Oleh karena itu, simak yuk beberapa tren eCommerce yang bakal berkembang dan berdampak besar pada usaha ritel dunia dalam bertahun-tahun yang akan datang. Let’s check these out!

1. Headless eCommerce berbasis API.

Headless commerce adalah referensi arsitektur di balik solusi eCommerce, di mana tampilan front-end “dipisahkan” dari insfrastruktur back-end.

Sederhananya, headless commerce memungkinkan pebisnis untuk memisahkan etalase digital dari sistem dan mesin yang menggerakkan bisnis online Anda.

Metode ini bekerja berdasarkan penggunaan aplikasi API, sehingga dapat menghubungkan titik kontak pelanggan dengan sistem back-end.

Beberapa tahun terakhir, teknologi headless commerce berbasis API menjadi trend teknologi terbaru. Diadopsi oleh banyak bisnis online karena sangat fleksibel untuk CMS dan SEO.

Selain itu, integrasi atau pemasangannya juga cepat, mudah, kecepatan loading website responsif, dan personalisasi yang bagus.

Salah satu manfaat paling penting dari headless commerce adalah memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik di berbagai channel marketing. Sebab, pebisnis bisa memodifikasi atau mengubah sistem di satu sisi, tanpa mengganggu sistem lainnya.

Diprediksi, teknologi headless commerce berbasis API akan menjadi tren yang akan terus berkembang di masa depan.

2. Belanja pakai HP/ seluler.

Pertumbuhan mobile commerce gak bisa dibendung lagi. Lebih dari 50% lalu  lintas internet berasal dari perangkat seluler. Sehingga, pangsa pasar mobile commerce atau m-commerce di seluruh dunia diprediksi mencapai 72% pada 2021.

Masih berkaitan dengan headless commerce, PWA menjadi teknologi web terbaru yang membantu website eCommerce berfungsi seperti aplikasi HP.

3. Belanja online di dalam toko fisik.

Metode ini sudah banyak dijumpai di tengah masyarakat. Contohnya saja, orang lebih senang membayar dengan saldo ShopeePay atau Gopay untuk membayar ayam goreng geprek atau nasi soto ayam.

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara kita berbelanja dan mendorong pengusaha agar lebih inovatif.

Sekarang, pembeli bisa menikmati berbagai metode pembayaran yang diinginkan. Pakai uang tunai atau saldo e-wallet.

4. Social commerce.

Selanjutnya, social commerce mengacu pada model belanja online, di mana pembelian dan penjualan produk terjadi secara langsung di platform media sosial. Contohnya seperti belanja online langsung di Facebook, TikTok, Instagram, dll.

Facebook Shop dan TikTok Shopping adalah dua dari banyak aplikasi bisnis raksasa dalam tren belanja yang berkembang pesat.

Facebook Shop, misalnya, mendukung brand agar lebih mudah memasang etalase produk secara online di dalam Facebook. Dilengkapi fitur menarik seperti kolom pencarian, serta membeli produk lewat aplikasi.

Sedangkan, fitur TikTok Shopping, bermitra dengan Shopify untuk memungkinkan pengguna membeli barang secara langsung di dalam aplikasi. Jadi, saat mengklik URL produk, pengguna tidak perlu keluar dari aplikasi tersebut.

5. Multichannel marketing.

Menjual produk di beberapa channel sekaligus, bukan konsep baru. Tapi, kalau mengintegrasikan channel offline dan online, mungkin akan menjadi tren eCommerce yang berkembang.

Pelanggan mungkin mengubah kebiasaan beanja online saat ini. Tapi, bukan berarti toko fisik akan punah. Ketimbang, sepenuhnya menutup toko fisik atau gulung tikar, lebih baik tawarkan channel hybrid yang bisa dipakai pelanggan.

Contohnya, brand kosmetik Sephora, menawarkan halaman Riwayat Pembelian dengan item yang pernah dibeli sebelumnya di semua channel, baik online atau toko fisik.

6. Pemasaran video.

Apa yang bakal trend dalam eCommerce di masa depan? Ini dia, pemasaran lewat video. Penelitian oleh Wyzowl mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, 86% bisnis menggunakan video sebagai alat pemasaran.

Hal ini dibandingkan dengan tahun 2016, yang hanya sekitar 61% bisnis saja. Sekitar 84% kontributor yang diwawancarai mengatakan mereka lebih yakin membeli produk atau jasa setelah menonton videonya.

Dalam video, brand bisa menjelaskan secara jelas dan singkat, bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan menjadi solusi kebutuhan pelanggan. Karena itu, membuat video sebagai konten marketing akan sangat booming di masa depan.

7. Beli sekarang, bayar nanti.

Pengen beli baju, tapi gajian masih lama? Jangan khawatir, kan ada fitur Paylater alias beli sekarang, bayar nanti.

Pembiayaan jangka pendek ini memungkinkan pelanggan membeli barang metode hutang yang bisa dibayar di akhir bulan atau sesuai kesepakatan. Bedanya dengan kartu kredit adalah tanpa membayar bunga atau biaya administrasi apapun.

Saat ini, fitur Paylater menyumbang sekitar $100 miliar dari semua transaksi e-commerce global. Angka ini diperkirakan akan tumbuh secara eksponensial pada tahun 2024. Motivasi mendasar lain yang mengarah pada popularitas tren ini adalah mendorong pelanggan untuk membelanjakan lebih dari yang mereka bisa. , yang sangat populer di kalangan konsumen gen Z dan milenial.

8. Keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Laporan yang ditunjukkan IBM, bahwa 57% konsumen mau mengubah kebiasaan belanja kalau bisa mengurangi dampak negatif lingkungan. Sekitar 71% konsumen juga rela membayar lebih mahal, bagi brand yang bertanggung jawab sosial.

Terutama, konsumen bisnis online, lebih sadar akan dampak lingkungan. Karena itu, sekarang banyak brand retail online yang menerapkan prinsip ramah lingkungan dan mengurangi jejak karbon digital.

Misalnya, seperti Lush, perusahaan kosmetik di Inggris yang menggunakan 90% bahan kemasan daur ulang. Hal ini bisa meningkatkan penjualan serta mendukung kelestarian planet bumi tercinta.

Tren eCommerce mana yang paling ideal untuk bisnis Anda?

Semua trend eCommerce yang disebutkan di atas, terdengar menarik, kan? Tapi, mana yang cocok untuk bisnis Anda? Sebab, banyak trend ada yang cocok dan tidak cocok, bergantung pada industri dan kelompok pelanggannya.

Untuk menentukan, mari simak beberapa aspek berikut:

1. Melakukan riset dan penelitian.

Situasi bisnis dan sosial dunia selalu berubah tanpa ada kepastian. Maka itu, Anda perlu melakukan penelitian dan melihat laporan terbaru untuk mengetahui tren mana yang paling diperhatikan.

Dengan analisis data yang cermat, Anda bisa mendapatkan info yang akurat dan mengenali tren mana yang paling cocok untuk diinvestasikan ketimbang hanya ikut-ikutan tren yang belum tentu layak.

2. Memanfaatkan alat dan analitik digital.

Selanjutnya, langkah untuk menentukan tren eCommerce yang terbaik adalah memanfaatkan alat dan analitik digital. Evaluasi apakah tren itu tepat untuk situasi bisnis Anda saat ini?

Pertimbangkan, untuk memakai lebih dari satu tools agar informasi dan data lebih terperinci. Misalnya, data perilaku pelanggan, demografi pelanggan, gambaran pasar, dan sebagainya.

3. Kenali kompetitor.

Siapakah pesaing bisnis Anda saat ini? Para kompetitor adalah mereka yang berbagi pasar dan kelompok pelanggan yang sama dengan Anda. Jadi, lakukan studi atau riset untuk mengenali siapa saja pesaing Anda.

Bagaimana pesaing bereaksi terhadap semua tren eCommerce? Apakah mereka sukses membuat perubahan tren baru? Atau, mereka terkendala?

Belajarlah dari pengalaman orang lain, bahkan bila itu adalah pesaing Anda. Hindari menerapkan tren eCommerce tanpa analisis mendalam, karena terdapat risiko kerugian. Pebisnis yang sukses, perlu mengambil keputusan secara bijak dengan menganalisis dan melihat berbagai pertimbangan.

Nah, dari beberapa tren eCommerce di atas, tentunya akan tumbuh tren-tren baru lainnya setiap hari. Tetapi, satu hal yang perlu diketahui dengan pasti, apapun tren yang muncul, hal ini akan mewarnai dan membangkitkan kembali industri retail pasca pandemi COVID-19.

Semoga informasi yang kami sampaikan bisa membantu untuk menerapkan tren eCommerce yang layak dan tepat bagi usaha Anda. Sudah siap beradaptasi dalam persaingan eCommmerce yang ketat saat ini?

Hubungi [email protected]jika Anda ada pertanyaan atau butuh bantuan untuk meningkatkan sistem pembayaran dan pemasaran usaha Anda.

Source img: Photo by CardMapr on Unsplash