Apa itu Sales Funnel dan Bagaimana Mengoptimasinya?
Sales funnel sering disebut juga sebagai saluran penjualan. Dalam bisnis apapun yang menjual barang dan jasa, saluran penjualan atau sales funnel adalah hal penting yang bisa menjangkau calon pelanggan.
Sales funnel sendiri bisa efektif mengubah calon pelanggan jadi pelanggan yang membeli. Tapi, tdak semua sales funnel atau saluran penjualan dibuat sama.
Sales funnel harus disesuaikan untuk setiap bisnis. Inilah gambaran apa yang perlu dilakukan agar bisa meraih kepercayaan dan memahami keinginan pelanggan target Anda.
Nah, agar lebih memahami tentang apa itu sales funnel? Dan, bagaimana mengoptimalkan proses ini? Yuk, simak strateginya di bawah ini!
Apa itu sales funnel (saluran penjualan)?
Setelah membaca sepintas tentang gambaran sales funnel di atas, bisa diketahui bahwa terdapat saluran penjualan yang dipakai untuk menciptakan pengalaman belanja yang menarik bagi pelanggan, sehingga pelanggan mau terus membeli atau berbelanja terus sepanjang hidupnya.
Tahukah Anda, bahwa selama perjalanan transaksi belanja ini, perusahaan atau organisasi bisnis bisa menganalisis data-data yang luas tentang karakteristik pelanggannya?
Misalnya, ternyata mayoritas pelanggan adalah wanita atau pria? rentang usianya berapa? Tinggal di wilayah mana? pekerjaannya apa? Dan, masih banyak lagi data atau informasi yang bisa dikumpulkan.
Dengan data-data demografis pelanggan target ini, perusahaan bisa menentukan strategi dan saluran penjualan (sales funnel) yang tepat untuk memikat pelanggan.
Tahap utama sales funnel
Konsep AIDA sangat populer di dalam saluran penjualan atau sales funnel. Ide AIDA adalah kependekan dari Awareness, Interest, Desire, dan Action.
Berikut adalah empat tahap utama dari sales funnel:
1. Kesadaran (Awareness). Baik melalui media sosial, pemasaran atau dari mulut ke mulut, ini adalah bagian di mana pelanggan pertama kali mengenal jasa atau produk. Mereka mengenal tentang suatu brand dan keistimewaan apa yang ditawarkan tapi tidak dimiliki pesaing lainnya.
2. Minat (Interest). Calon pelanggan mengetahui apakah produk atau layanan Anda akan memenuhi kebutuhan mereka.
3. Menginginkan (Desire). Ini adalah tahap di mana pelanggan melihat harga dan opsi apa yang tersedia yang cocok untuk mereka.
4. Bertindak (Action). Ketika calon pelanggan mengambil tindakan dan melakukan pembelian.
Nah, sales funnel sebagai saluran penjualan bisa mendapatkan lebih banyak prospek pelanggan di awal, yang selanjutnya bisa bertahap mengalir ke pelanggan yang membeli.
Mengapa sales funnel menjadi bagian penting dari strategi bisnis?
Sales funnel adalah elemen penting dari strategi bisnis. Kalau tidak mengoptimalkan sales funnel, Anda bisa berisiko kehilangan pelanggan.
Pengaruhi pelanggan dengan penawaran yang menarik di setiap tahap saluran penjualan (sales funnel), dan kemungkinan besar bisnis Anda akan meraih profit.
Berikut alasan kenapa sales funnel harus dioptimalkan:
· Menciptakan lebih banyak pelanggan setia setelah Anda memahami keinginan dan kebutuhan mereka;
· Mendorong lebih banyak prospek melalui saluran penjualan;
· Mengidentifikasi strategi pemasaran terbaik untuk menangkap pelanggan pada tahap kesadaran; dan
· Menikmati keunggulan atas pesaing Anda karena Anda terus-menerus menyempurnakan saluran penjualan Anda.
Bagaimana cara mengoptimasi sales funnel?
Tujuh cara untuk mengoptimalkan saluran penjualan / sales funnel:
1. Memahami kebutuhan pelanggan.
Agar memaksimalkan konversi atau penjualan, Anda perlu memahami siapa saja calon pelanggan yang tepat. Pahami siapa saja target audiens Anda? Contohnya, jika Anda menjual sepatu olahraga.
Apakah target pelanggan Anda pria dan wanita berusia 18-35 tahun? Suka olahraga? Bergaya hidup aktif dan sehat? Dan lainnya.
Kalau sampai salah menentukan target audiens, maka saluran penjualan atau sales funnel juga kurang efektif. Bahkan, menghabiskan waktu, uang, dan tenaga.
2. Buat target di Google Analytics.
Membuat target bisa membantu menggambarkan sales funnel dan mencapai tujuan. Buatlah target di Google Analytics untuk membantu melacak tujuan secara metodis.
Pada titik ini, Anda akan mulai menerapkan konsep AIDA di tahap Awareness dan Interest. Pikirkan tentang desain website atau eCommerce Anda.
Misalnya, bagaimana agar website bisnis Anda interaktif, intuitif, dan membuat pengunjung website betah menghabiskan waktunya. Tujuan akhir adalah membeli atau melakukan transaksi di website Anda.
3. Analisis landing page.
Landing page harus relevan dengan minat pelanggan Anda. Misalnya, Anda bisa memakai landing page untuk mempromosikan produk atau layanan tertentu. Atau, bisa juga menjadikan landing page sebagai sumber informasi yang umum mengenai perusahaan dan apa yang bisa ditawarkan kepada pelanggan.
Landing page adalah tahap awal sales funnel, karena bisa saja menjadi interaksi awal saat pertama kali pelanggan menemukan brand bisnis Anda dari hasil pencarian di Google.
Baru setelah melewati tahap Awareness, pelanggan bisa diarahkan ke tahap Interest (minat). Di sini, Anda bisa mengarahkan ke website Anda untuk melihat apakah produk atau jasa yang ditawarkan sesuai kebutuhan pelanggan.
Sebagai contoh, pelanggan mengetik di pencarian Google, “software video conference.” Ketika hasil penelusuran muncul di Google, pelanggan akan diarahkan ke landing page bisnis Anda.
Jadi, pastikan konten atau materi pemasaran yang dibuat di landing page menggunakan bahasa yang persuasif, menarik, dan memikat pembaca. Jika calon pelanggan mengklik terlalu cepat di landing page, nantinya akan berpengaruh ke “bounching rate”.
Selain menyediakan konten yang menarik pembaca, pastikan juga landing page responsif dan bisa diakses dengan cepat agar waktu loadingnya singkat.
4. Aktif di media sosial.
Dari mana lalu lintas website berasal? Jika Anda membuat konten yang menarik di saluran penjualan atau sales funnel melalui media sosial, maka lebih mudah mengarahkan pengguna medsos untuk mengklik website Anda.
Media sosial unik karena bisa mencakup setiap tahap sales funnel, antara lain:
· Membuat brand awareness melalui postingan yang menarik.
· Membangkitkan minat dengan kompetisi.
· Pengikut langsung ke website.
· Bahkan menjual langsung dari fitur "Shop" di aplikasi.
Dapat dikatakan bahwa media sosial terutama merupakan bagian dari tahap Awareness sales funnel. Maka itu, bila perlu, minta bantuan socmed admin pro atau konten kreator agar bisa menyajikan konten-konten memikat.
Kemudian buat postingan di Facebook, LinkedIn, Instagram, dan TikTok untuk mempromosikan brand bisnis Anda.
5. Manfaatkan ulasan dan testimonial.
Sales funnel juga bisa dioptimasi melalui testimonial atau ulasan. Tunjukkan bahwa brand bisnis Anda memang benar-benar layak untuk mendapatkan pujian dan memberikan kebutuhan pelanggan.
Dengan begitu, pelanggan itu akan memberi tahu teman dan keluarganya tentang brand Anda. Hal ini akan menciptakan kredibilitas tinggi untuk brand Anda, sebagai salah satu elemen sales funnel. Hal ini juga membantu menciptakan hubungan dengan pelanggan. Serta, meningkatkan pembelian berulang.
Jika pelanggan mau melihat ulasan atau testimonial positif, berarti pelanggan ini telah mencapai tahap sales funnel yang diinginkan. Ini artinya, pelanggan tersebut sangat tertarik untuk melihat pendapat orang lain tentang produk atau jasa dari bisnis Anda. Selain itu, mereka mungkin ingin tahu apakah memang produk atau jasa Anda layak dibeli?
Cara untuk melihat review/ ulasan, atau testimonial bisa melalui beberapa platform. Seperti TripAdvisor, LinkedIn, dan Google yang menawarkan pelanggan kesempatan untuk membagikan feedback. Anda juga bsia membuat survey sendiri untuk mengumpulkan feedback tambahan.
6. Buat konten yang menarik.
Membangun identitas yang kuat adalah suatu keharusan. Untuk mengoptimalkan saluran penjualan (sales funnel) Anda, Anda perlu membangun hubungan dengan pelanggan, baik yang lama maupun yang baru. Hal ini dapat dilakukan melalui citra merek dan identitas merek secara keseluruhan.
Konten yang menarik akan memikat pelanggan di awal saluran penjualan atau tahap Interest. Prospek ini diharapkan akan mengalir ke saluran penjualan dan berubah menjadi pelanggan yang benar-benar membeli.
Ketika pelanggan merasa terhubung dengan suatu brand, baik itu produk atau nilai budaya peruahaan, mereka cenderung terlibat dengannya. Hal-hal seperti ini harus menjadi bagian dari strategi komunikasi brand di media sosial.
Bila perlu, berkolaborasi dengan creator konten video, desainer grafis, dan fotografer untuk membawa materi konten promosi Anda ke level selanjutnya.
7. Gunakan CTA yang kuat.
Terakhir, tapi tak kalah penting adalah membuat “call to action” atau CTA yang kuat. Ubah minat pelanggan menjadi sebuah tindakan untuk membeli atau melakukan transaksi ke sales funnel Anda.
Misalnya, berikan tombol checkout atau embed tombol yang bertuliskan “Coba DEMO gratis sekarang!”, atau “Hubungi tim kami hari ini untuk detailnya,”, “Beli sekarang GRATIS merchandise cantik”.
Sertakan pula dalam email atau keranjang checkout penawaran yang terbatas waktu. Misalnya, “Daftar FREE Trial 3 bulan sekarang, hanya untuk 10 orang pertama.”
Atau, “Beli 4 botol, gratis 1 botol khusus hari ini!”, penawaran seperti ini dapat mendorong pembeli untuk melakukan transaksi secepatnya atau bahkan membeli dalam jumlah banyak.
Pastikan pula tombol CTA Anda menarik. Misalnya, berikan teks tebal dan warna yang terang. Agar lebih mudah diketahui dan menarik mata pembaca secara otomatis.
Anda juga bisa mengarahkan CTA ke tombol yang bisa diklik ke landing page lainnya, seperti “Go PREMIUM” agar pembaca mendaftar layanan premium.
Nah, dengan memeriksa beberapa poin penting dari sales funnel yang tersedia, Anda bisa menemukan kelebihan dan kekurangan dalam brand bisnis, sehingga bisa ditingkatkan lagi.
Hal ini akan mengoptimalkan konversi dan menciptakan hubungan yang langgeng dengan para pelanggan setia brand Anda.
Yuk, langsung praktikkan saran di atas dalam landing page bisnis Anda selanjutnya!