Cara Pembayaran Favorit Kaum Milenial, Anda Suka yang Mana?
Foto oleh Tim Douglas dari Pexels
Generasi milenial, yaitu kelompok yang lahir antara 1980-2000, saat ini mendominasi dunia kerja. Bahkan, konsumen terbesar saat ini di pasar juga berasal dari kaum milenial.
Sedangkan, generasi sebelumnya, seperti Baby Boomer, masih memilih metode tunai. Maka, generasi milenial yang tumbuh di era digital, memanfaatkan teknologi untuk berbelanja dan membayar barang.
Menurut studi oleh Hitachi Consulting dan Bank Administration Institute (BAI), kaum milennial terbukti berpikiran terbuka tentang cara pembayaran baru. Menurut penelitian, berikut ini pertimbangan yang dipikirkan kaum milennials:
· Kemudahan Penggunaan (35%).
· Keamanan Finansial (29%).
· Keamanan dan Keselamatan (27%).
· Kecepatan (20%).
Studi tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan kartu kredit sudah mulai tergantikan. Rata-rata menurun sebesar 56% dibandingkan generasi sebelumnya.
Sebaliknya, kaum milenial justru lebih memilih kartu debit, dengan statistik menunjukkan 80% kaum milennial punya kartu debit, dan sisanya 20% saja yang memiliki kartu kredit.
Dikutip dari laman Blog Money Unibul, kaum milenial lebih suka kartu debit karena bisa membantu pengelolaan keuangan, ketimbang kartu kredit. Kartu debit bisa jadi pembayaran Person to Person (P2P).
Sedangkan, kalau kartu kredit hanya dipakai dalam metode pembayaran online tertentu dengan pihak ketiga, seperti Paypal.
Cara pembayaran paling disukai kaum milenial.
Berikut daftar metode pembayaran yang paling banyak digunakan oleh kaum milenial:
1. Kartu Debit.
Kartu debit terhubung ke rekening tabungan dan rekening giro. Bisa dipakai untuk transaksi penarikan, pembayaran, dan lainnya. Bisa menggantikan kebutuhan uang tunai secara fisik, kartu debit sangat disukai milenial karena tidak berdampak pada skor kredit/ pinjaman utang.
Selain itu, kartu debit membantu para milenial mengelola anggaran keuangan. Kartu debit dirasakan jauh lebih aman, karena ada PIN untuk mengaksesnya. Gak repot membawa uang tunai fisik juga jadi alasan untuk mencegah kriminalitas.
Secara keseluruhan, kartu debit masih menjadi primadona metode pembayaran paling banyak dipakai kaum milenial atau masyarakat pada umumnya.
2. Pembayaran nirsentuh.
Pembayaran nirsentuh atau contactless seperti e-wallet juga menjadi pilihan banyak milenial. Dikutip dari laman Investopedia, pembayaran nirsentuh berupa metode transaksi dengan cara “tap and go”.
Pembelian barang atau jasa, bisa dilakukan dengan e-wallet, kartu kredit/ kartu debit, atau aplikasi. Bahkan, ada juga kartu pintar yang dilengkapi chip berteknologi RFID (Radio Frequency Identification).
Tak perlu repot menggesek kartu, cukup “tap and go” atau tempelkan kartu dan masukkan kode PIN. Sedangkan, perangkat seluler atau smart watch, aplikasi bisa diunduh dulu agar terhubung ke kartu. Barulah kartu pintar bisa dipakai untuk transaksi.
Contoh pembayaran nirsentuh:
· Apple Pay– Apple Pay adalah pembayaran seluler dan hibrida dompet layanan digital yang memungkinkan pengguna melakukan pembayaran tanpa kontak. Didukung oleh semua produk Apple, Apple Pay banyak digunakan oleh pengguna untuk metode pembayaran. Bisa dipakai untuk membeli dari Apple Store, toko digital lainnya, dan di web.
· Google Pay– Google Pay dan Google Wallet adalah pembayaran tanpa kontak untuk sistem android. Google pay memungkinkan penggunanya membayar layanan dan pembelian dalam aplikasi atau pembelian situs web. Layanan pengiriman uang Google Pay hanya berfungsi di Amerika Serikat dan India.
· Samsung Pay– Samsung Pay eksklusif untuk pengguna Samsung. Ini adalah layanan digital yang memungkinkan penggunanya untuk menyimpan informasi kartu untuk digunakan untuk transaksi online.
3. Pembayaran digital.
Biasanya, pembayaran digital melibatkan pihak ketiga. Menurut survey pada 2017 oleh Bank Amerika Serikat, 49% milenial lebih suka pembayaran digital ketimbang uang tunai fisik.
Karena itu, banyak perusahaan fokus ke kaum milenial dan Gen Z untuk mengembangkan aplikasi platform pembayaran digital. Metode pembayaran ini dapat menghasilkan rangkaian angka seperti OTP atau angka sekali pakai. Pelanggan memasukkan secara online untuk melanjutkan proses transaksi.
4. Cashback.
Gak bisa dipungkiri kalau program loyalitas sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Konsumen milenial juga cenderung memilih bertransaksi di website yang menyediakan cashback reward.
Misalnya, marketplace seperti Tokopedia atau Shopee, memberikan cashback untuk minimal belanja tertentu. Nantinya, uang cashback bisa dipakai untuk mengurangi harga di pembelian selanjutnya.
5. Pembayaran dalam aplikasi.
Kenyamanan adalah prioritas utama bertransaksi bagi konsumen milenial. Penyedia aplikasi sadar, hal ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengalaman berbelanja.
Maka itu, tak heran sekarang banyak aplikasi populer saat ini meluncurkan fitur pembayaran di dalam aplikasinya. Sehingga, pengguna tidak perlu repot membuka aplikasi atau website lain, jika ingin membeli produk.
Di era modern saat ini, checkout di dalam aplikasi lebih populer, ketimbang metode pembayaran tradisional seperti uang tunai fisik.
Menurut laporan laman Deloitte, sekitar 15% transaksi para milenial dilakukan dengan metode pembayaran dalam aplikasi seperti PayPal, ApplePay, dan lainnya. Sementara itu, hanya sekitar 10% saja yang memakai uang tunai fisik atau cek.
6. Startup Fintech.
Uniknya, milenial adalah generasi trendsetter yang gampang bosan. Ini berarti keinginan untuk terus berinovasi dan bereksperimen dengan mata uang baru serta platform pembayaran seperti blockchain.
Milenial menjadi pemimpin dalam adopsi mata uang kripto. Bahkan, secara signifikan mengungguli generasi lain, dengan 17% milenial memiliki kripto, 9% gen X, dan 2% Boomer.
Tak menutup kemungkinan, jika ada metode pembayaran baru, kaum milenial pasti tak akan ragu mencobanya.
Lembar cek kertas diprediksi bakal punah.
Semakin banyak orang yang beralih ke pembayaran digital. Bahkan, para ahli memperkirakan bahwa cek kertas akan punah di masa mendatang.
Generasi yang terlahir di tengah teknologi digital adalah Gen Z. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sudah sangat nyaman dengan teknologi, termasuk transaksi keuangan.
Secara khusus, aplikasi pembayaran seluler dipilih dalam pembayaran instan. Gen Z menempati urutan teratas dalam hal pemakaian terbanyak pembayaran seluler. Mereka cenderung memilih teknologi yang memungkinkan berbagi pembelian dengan teman, baik di toko fisik maupun toko online.
Gaji dan jenis kelamin mempengaruhi metode pembayaran.
Selain usia, ada beberapa faktor yang mempengaruhi metode pembayaran favorit pelanggan milenial. Di antaranya jenis kelamin dan gaji. Data statistik menunjukkan semakin tinggi gaji seseorang, maka semakin besar mereka memilih metode pembayaran elektronik.
Suatu survey oleh RBA Australia, menemukan bahwa pembayaran tunai rata-rata berlangsung pada jenis pedagang seperti supermarket atau toko kelontong. Menariknya, pembayaran tunai akan semakin berkurang, kalau penghasilan rumah tangga meningkat.
Trend yang sama juga terjadi di seluruh dunia. Diary of Consumer Payment Choice menemukan bahwa 48% rumah tangga di Amerika yang berpenghasilan kurang dari $25.000 per tahun lebih suka membayar tunai.
Sedangkan, 39% rumah tangga di kisaran pendapatan $100.000 dan $149.999 lebih suka kartu kredit atau debit. Hanya 19% dari rumah tangga berpenghasilan tinggi yang lebih menyukai pembayaran tunai.
Dalam hal preferensi pembelian, jenis kelamin juga berperan. Pria lebih suka belanja online dan pembayaran seluler. Sementara, wanita lebih memiliki berbelanja datang langsung ke toko karena lebih suka dibantu pegawai/ staf tooko untuk menemukan apa yang mereka butuhkan.
Meski begitu, pada dasarnya, hampir semua konsumen, tanpa memandang usia dan jenis kelamin, senang berbelanja nyaman secara online. Di sinilah, peran penting website store bagi eCommerce.
Sebuah studi oleh Forrester menemukan bahwa 73% konsumen akan meninggalkan website kalau dipersulit dalam hal transaksi pembelian. Serta, dua pertiga pengguna smartphone lebih menyukai brand yang memberikan pengalaman belanja dipersonalisasi.
Personalisasi adalah kunci untuk menarik dan mempertahankan pelanggan saat ini. Terlepas dari generasi mana audiens utama Anda berada, ada metode pembayaran yang cocok untuk mereka.
Bagi sebagian besar bisnis, maka perlu menawarkan berbagai macam metode pembayaran yang memudahkan konsumen bertransaksi. Termasuk pembayaran offline maupun digital.
Mayar, solusi pembayaran bisnis di era digital.
Pembayaran nirsentuh tampaknya akan segera menjadi masa depan transaksi manusia. Meskipun pembayaran tunai masih mudah ditemui di pasar, akan tetapi kaum milenial dan generasi selanjutnya akan mengandalkan smartphone dan internet untuk metode pembayaran yang lebih praktis, modern, dan aman.
Di sini, aplikasi Mayar hadir dengan solusi kemudahan pembayaran modern dalam sekali klik. Buat Link Pembayaran atau kode QR untuk menerima pembayaran ke toko Anda.
Sebagai contoh, jika Anda memiliki toko kelontong atau outlet secara fisik, cukup tempelkan atau pajang kode QR di meja kasir. Maka, pembeli yang hendak membayar cukup memindai atau scan kode QR tersebut untuk membayar non tunai.
Mayar menyediakan berbagai metode pembayaran yang lengkap. Termasuk ShopeePay, DANA, LinkAja, OVO, BCAKlik, Gopay, transfer bank, merchant, Alfamart & Indomaret, hingga kartu debit/ kartu kredit. Info pemakaian Mayar di berbagai industri, silakan baca artikel Penggunaan Mayar di Berbagai Industri.
Bila ada kendala atau pertanyaan tentang cara meningkatkan pembayaran bisnis Anda bersama Mayar, silakan uji coba GRATIS 30 hari, daftar di sini.