10 Jenis Penipuan Bisnis Terhadap UKM, Waspadalah!
Tahukah Anda, menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), banyak usaha yang kehilangan 5% omsetnya karena tindakan penipuan atau fraud?
Meskipun, 5% relatif kecil, namun yang pasti persentase ini bisa saja bertambah. Parahnya lagi, terkadang penipuan atau kecurangan bisnis tidak dilakukan oleh pihak eksternal. Melainkan, justru dari orang dalam atau internal manajemen bisnis.
Semua pemilik usaha, pasti paham risiko kecurangan dalam bisnis. Tapi, mengenali seperti apa jenis penipuan adalah langkah awal yang bagus untuk melindungi usaha. Berikut beberapa jenis penipuan bisnis yang umum dijumpai dan patut diwaspadai:
1. Kecurangan data absensi dan gaji.
Tindakan kecurangan dalam hal upah atau gaji bentuknya bermacam-macam. Oknum karyawan bisa mencurangi jam kerja, jumlah target, produktivitas, dan lainnya, agar bisa memperoleh gaji lebih tinggi.
Ada juga oknum pegawai yang meminta kasbon di muka, tapi kabur tanpa pelunasan. Beberapa staf mungkin melakukan kecurangan lebih jauh dengan meminta rekannya untuk memanipulasi data catatan kehadiran.
Sayangnya, tak sedikit UKM atau bisnis kecil yang tidak memiliki sistem penggajian anti-fraud. Dikarenakan, mereka masih memakai pencatatan manual yang rentan kesalahan dan penipuan.
2. Penyalahgunaan aset/ skimming.
Tindakan fraud atau penipuan bisnis berikutnya adalah penyalahgunaan aset. Waspadai cek palsu, barang inventaris yang hilang, dan lainnya. Anda juga bisa menjadi korban skimming, yaitu tindakan oknum staf mengambil uang pelanggan, tapi tidak mencatat transaksi.
Hal ini bisa terjadi karena bisnis kecil terkadang mempercayai satu karyawan dalam hal keuangan. Tidak ada audit dan pemeriksaan yang cermat ketika menghitung pembayaran uang tunai.
3. Skema penipuan faktur
Jenis kecurangan ini terjadi saat oknum karyawan di bagian akuntansi atau penjualan membuat faktur palsu untuk mengambil keuntungan pribadi dari perusahaan.
Misalnya, oknum karyawan tersebut membuat surat tagihan untuk produk atau layanan yang tidak pernah dibeli. Aksi kecurangan lainnya dengan membuat supplier palsu yang seolah-olah menerima pembayaran uang. Atau, memberikan surat kontrak dengan nominal yang terlalu tinggi kepada teman atau keluarga.
4. Penipuan laporan keuangan.
Aksi curang lainnya adalah penipuan laporan keuangan. Seperti manipulasi data penjualan, aset, jumlah hutang, jumlah pendapatan, dan lainnya. Misalnya, laporan keuangan data angkanya diubah untuk menipu investor atau pengguna laporan keuangan.
Meskipun, jenis kecurangan laporan keuangan ini jarang terjadi. Tapi, kalau sampai terjadi, akan sangat merugikan bagi reputasi dan nama baik perusahaan.
5. Penipuan Pajak
Selanjutnya, kecurangan yang bisa saja terjadi adalah penipuan pajak atau mengemplang/ menghindari pajak. Penipuan ini terjadi, ketika wajib pajak orang pribadi atau badan usaha salah melaporkan besaran pendapatan atau kekayaannya. Sehingga, bisa mendapatkan pungutan pajak yang lebih rendah.
6. Pencurian data, kekayaan intelektual, dan identitas
Kasus kecurangan ini sering dijumpai di berbagai perusahaan. Banyak bisnis yang mengalami kebocoran data yang penting. Seperti data pelanggan, data karyawan, data aset, dan sebagainya.
Bahkan, pencurian IP bisa merusak bisnis Anda kalau ada mantan karyawan yang membocorkan informasi paten atau rahasia dagang kepada pesaing bisnis. Pencurian identitas bisa merusak reputasi karena menyelewengkan kepercayaan pelanggan.
Dalam kasus ini, dibutuhkan sistem akses file yang terjamin keamanannya. Sehingga, data atau informasi sensitif yang bersifat confidential dapat lebih aman.
7. Penipuan asuransi dan perbankan
Sebagian besar perusahaan menawarkan asuransi kesehatan atau asuransi tenaga kerja kepada karyawan. Sayangnya, ada karyawan yang mencoba mengambil keuntungan pribadi dari asuransi. Caranya adalah dengan mengajukan klaim palsu atau berbohong tentang penyakit atau cedera yang dialami.
Kasus penipuan asuransi ini, sangat merugikan perusahaan atau pemilik usaha kecil. UKM atau bisnis apapun harus berhati-hati dan lebih ekstra memperhatikan pengajuan klaim asuransi karyawan. Periksa dokumen secara cermat untuk memastikan keasliannya.
8. Uang palsu
Kecurangan bisnis lainnya adalah pembayaran tunai dengan uang palsu. Jenis penipuan ini sangat merugikan bisnis kecil hingga UMKM, terutama yang tidak memiliki alat pendeteksi uang kertas.
Pelanggan menggunakan uang palsu untuk melakukan pembayaran atau pembelian barang. Kalau pedagang atau kasir tidak memeriksa dengan teliti uang pelanggan, maka usaha bisa merugi.
Cara menghindari uang palsu, selain menggunakan alat pendeteksi uang palsu, Anda perlu menerapkan pembayaran digital. Seperti pembayaran non tunai atau scan kode QR, virtual account (transfer bank), dan sebagainya.
9. Retur barang
Banyak bisnis ritel memiliki peraturan atau kebijakan tentang pengembalian atau retur barang. Pengembalian atau retur bisa berupa pengembalian barang yang baru, uang kembali 100% atau uang kembali sebagian.
Akan tetapi, kebijakan ini sering disalahgunakan oleh oknum pelanggan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa orang berbohong tentang adanya suatu pembelian, lalu meminta retur barang. Terkadang, mereka sudah menggunakan barang dan minta retur barang agar bisa mendapatkan uangnya kembali.
Dalam kasus ini dibutuhkan tanda terima atau kwitansi untuk semua retur barang. Cara lain, berikan retur berupa kode kupon atau kode voucher yang bisa dibelanjakan di periode selanjutnya, bukan uang tunai.
10. Suap dan korupsi
Contoh kecurangan bisnis seperti suap dan korupsi sudah sering kita temui dalam sehari-hari. Misalnya, suap proyek, suap jabatan, atau menggunakan uang untuk mempengaruhi keputusan perusahaan.
Selain itu, ada juga korupsi yang dilakukan oknum internal perusahaan untuk memanipulasi kontrak agar dapat menguntungkan sejumlah pihak. Perusahaan perlu menerapkan aturan yang jelas ketika berkaitan dengan karyawan, manajemen, dan vendor atau pihak ketiga.
Lindungi bisnis dari kecurangan finansial dengan teknologi digital modern.
Tak peduli apapun bidang dan industrinya, semua usaha rentan terhadap penipuan atau kecurangan finansial. Sudah saatnya, pelaku usaha menciptakan langkah keamanan yang efektif untuk mengatasi risiko kecurangan dan penipuan dalam operasional sehari-hari.
Teknologi dapat mengurangi dampak dan risiko kecurangan finansial karena sistem berjalan secara otomatis. Dengan mengurangi proses manual, perusahaan bukan hanya mencegah risiko kecurangan. Namun juga, mendukung efisiensi biaya.
Teknologi mencegah peredaran uang palsu.
Dalam hal akuntansi, teknologi membantu menghindari penipuan. Salah satunya dengan menggunakan software atau aplikasi pembayaran yang lebih modern. Pelanggan bisa membayar secara non-tunai untuk mencegah peredaran uang palsu, atau manipulasi tagihan.
Pemilik bisnis juga bisa memantau dan melacak data keuangan melalui dashboard software secara real-time. Sehingga, perusahaan dapat menyelidiki dan mencegah kerugian secepatnya. Dengan menggunakan teknologi aplikasi, bisnis dapat melindungi data keuangan agar tidak dimanipulasi oknum yang tidak mendapatkan akses.
Lapisan keamanan transaksi
Melakukan pembayaran atau transaksi digital seringkali dilengkapi kode OTP yang perlu diverifikasi. Hal ini dapat mencegah penipuan atau perilaku yang mencurigakan.
Misalnya, dapat membantu mengidentifikasi aktivitas seperti gangguan data, akses tidak sah, dan pencurian kata sandi.
Digitalisasi pembayaran
Cara lain untuk mencegah penipuan keuangan adalah menerapkan pembayaran non tunai. Jauh lebih mudah melacak dan memantau transaksi jika pembayaran dilakukan secara elektronik. Pengguna juga bisa dipantau melalui log audit, agar perusahaan mampu melacak apa yang sebenarnya terjadi di sistem.
Contoh lainnya, aplikasi keuangan digital memiliki fitur invoice atau tagihan yang bisa dibagikan lewat media sosial atau email. Staf administrasi tidak perlu repot mencetak berlembar-lembar kertas hanya untuk mengirimkan surat tagihan ke vendor atau pelanggan.
Ambil langkah nyata sekarang juga! Lindungi bisnis dan UKM Anda dengan mulai menerapkan digitalisasi bisnis.