Tanpa Headless Commerce, Bisnis Retail Gak Bisa Melakukan 5 Hal Ini
Mungkin puluhan tahun lalu, retailer akan sangat terbantu dengan hadirnya website yang dikelola sendiri. Selain bisa dikembangkan sesuai kebutuhan, retailer juga lebih mudah jika akan mempromosikan atau menjual stok barang.
Akan tetapi, sayangnya metode ini dirasakan relatif lebih mahal dari segi biaya operasional. Pada akhirnya, banyak yang beralih ke platform Software as a Service all-in-one dengan biaya lebih murah bagi eCommerce. Bahkan, sekarang sudah ada banyak marketplace yang bisa dengan mudah mengupload ribuan produk dalam waktu singkat.
Akan tetapi, tentunya marketplace juga memiliki ranah bisnisnya sendiri. Ada beberapa batasan dan aturan yang harus ditaati. Terutama, ada biaya administrasi yang dibebankan kepada para retailer yang menjual barang dagangannya.
Fase eCommerce selanjutnya akan ditentukan oleh pengalaman checkout yang bisa dilakukan di mana saja berada. Brand dan bisnis apapun akan mencari solusi yang bisa ditambahkan ke titik kontak pelanggan di bagian tampilan front-end atau tampilan yang dilihat audiens. Meliputi kemampuan brand yang bisa bertransaksi secara online, offline, audio, social media, Internet of Things, dan banyak lagi, sambil mengintegrasikan semua sistem back-of-house.
Dalam arti kata lain, retailer akan mulai memisahkan solusi teknologi dari all-in-one, berubah menjadi modular. Dimana, fungsi-fungsi seperti katalog produk, solusi pencarian, dan checkout, dirangkai menjadi pengalaman yang disesuaikan kebutuhan usaha. Disinilah peran Headless Commerce hadir.
Headless commerce dan fungsinya dalam perdagangan.
Konsep headless commerce mendapatkan momentum, dan meski terdengar “ribet”, sebenarnya konsepnya sederhana.
Headless commerce berarti memisahkan “kepala” antarmuka pengguna yang dilihat audiens dari bagian belakang platform eCommerce. Gimana, dari sini, sudah bisa dipahami, kan?
Kalau dilihat dari segi fungsi headless commerce dalam perdagangan, katakanlah, proses checkout, misalnya. Akan menjadi bagian yang terpisah atau independen platform.
Bisnis retailer dapat berinovasi dan mengubah pengalaman pengguna secara digital menjadi pengalaman transaksi yang terintegrasi. Pada dasarnya, Anda bisa menempatkan checkout dimana saja.
Ini artinya, bisnis Anda tidak lagi dibatasi hanya pada penjualan lewat website saja. Karena, bisa juga tetap melakukan transaksi belanja secara omni-channel atau multi-channel di saluran digital apapun. Tanpa perlu membangun atau memodifikasi fungsionalitas back-end agar memenuhinya.
Terlebih lagi, bisnis Anda juga tidak perlu repot bermigrasi atau pindah ke platform baru apapun.
Kendala apa saja yang dihadapi bisnis retail tanpa headless checkout?
Berikut adalah beberapa kendala bagi bisnis yang tidak memiliki headless checkout:
1. Menyatukan pengalaman dan riwayat pembayaran pembeli di semua saluran belanja.
Memindahkan informasi di seluruh saluran toko akan sangat sulit tanpa headless checkout. Kenapa begitu?
Tanpa headless, data pelanggan dan transaksi mereka akan tetap tertutup di database masing-masing toko cabang. Hal ini membatasi kemampuan untuk menyesuaikan promosi berdasarkan interaksi pelanggan.
Sebagai contoh, toko pakaian menawarkan konsultan fashion pada pelanggan di dalam toko maupun website. Idealnya, di kedua saluran tersebut, informasi bisa diakses oleh semua pelanggan.
Semua informasi sang konsultan yang masuk ke kasir di dalam toko, seperti informasi penagihan dan alamat, akan muncul saat si konsultan fashion tersebut membantu pelanggan yang sama secara virtual.
Sayangnya, jika antar toko cabang data-datanya tidak terintegrasi, maka informasi juga sulit ditampilkan. Jika pelanggan yang sama berbelanja online di website, misalnya, kemungkinan besar mereka harus memasukkan kembali informasi nama klien dan penagihan mereka saat checkout.
Maka itu, headless checkout berbasis API, dapat memindahkan informasi ini dengan mulus antara saluran di dalam toko (offline) dan online. Jadi, pelanggan bisa langsung login dan membayar cukup sekali klik.
Selain itu, bisnis bisa mengakses informasi pelanggan atau riwayat pembelian di seluruh saluran toko. Sehingga, lebih mudah menganalisa demografi atau perilaku konsumen berdasarkan data dan statistik yang tersedia.
2. Menyajikan pengalaman checkout yang berbeda di saluran yang berbeda.
Sekitar 88% pembeli online, meninggalkan keranjang belanja saat checkout atau churn rate.
Padahal, dengan headless checkout, bisnis tidak harus menyajikan pengalaman yang sama di setiap saluran. Bisnis bisa lebih mudah menyesuaikan alur pembayaran yang paling mempermudah pembeli berpindah dengan cepat dan efisien.
Mau bayar tunai ke kasir? Bisa. Atau, mau bayar via e-wallet? Boleh saja. Sehingga, hal ini akan mengurangi keranjang belanja yang ditinggalkan begitu saja karena kendala metode pembayaran.
Misalnya, toko bisa menyesuaikan pembayaran berdasarkan jenis perangkat yang dipakai pelanggan. Kalau pelanggan memakai HP, lebih baik tampilkan jenis tombol checkout sekali klik langsung dari halaman produk di HP.
Hal ini akan mendorong belanja impulsif yang cepat dan praktis. Atur default alamat pengiriman atau alur checkout di dalam toko agar pelanggan bisa memilih sendiri opsi membayar paling nyaman.
Headless commerce juga menjadi kunci untuk mengusung perdagangan ke channel baru seperti suara, video, sosial, dan augmented reality.
Misalnya, kita bisa memesan bahan makanan dengan suara, belanja baju saat streaming video, dan banyak lagi.
3. Menawarkan beli online, ambil di toko, dan pengalaman lintas saluran lainnya.
Akselerasi e-commerce selama setahun terakhir telah memaksa bisnis retailer untuk menyesuaikan ke ranah digital. Infrastruktur retailer harus fleksibel dan gesit, jika tak mau ketinggalan zaman.
Bukan hanya belanja online, bisnis retailer juga harus menawarkan fitur ambil sendiri di toko. Jadi alurnya, pelanggan membeli barang secara online, tetapi tidak diantar oleh kurir. Melainkan, diambil sendiri.
Pelanggan perlu diinformasikan kapan dan bagaimana untuk mengambil pesanannnya.
Headless commerce, mampu beradaptasi dengan cepat ke lingkungan baru dengan memodifikasi checkout untuk memenuhi kondisi baru yang lebih fleksibel dan praktis.
4. Bereksperimen dengan pengalaman checkout yang berbeda.
Checkout sangat penting untuk setiap website eCommerce. Ibaratnya, website adalah titik kontak terakhir yang dimiliki brand bisnis dengan pelanggan.
Namun bagi banyak bisnis, sulit mengembangkan proses checkout karena terhalang arsitektur teknis website yang masih kaku.
Untungnya, dengan headless commerce, bisnis retail bisa menguji pengalaman pembayaran mana yang paling cocok untuk pelanggan, tanpa risiko memengaruhi backend.
Bisnis retailer dapat menguji pembayaran satu halaman atau beberapa halaman sekaligus. Sambil, menambahkan rekomendasi cross selling dan up selling, dan banyak lagi.
Semuanya sambil mengukur hasil untuk menginformasikan pengalaman pembayaran yang optimal. Eksperimen semacam ini juga memungkinkan bisnis retailer untuk terus mengulangi pembayaran untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang selalu berubah.
5. Memberi pelanggan kemampuan untuk membeli di saluran digital tempat mereka berada — baik itu saat berolahraga atau menonton televisi.
Brand bisnis biasanya terikat pada eCommerce dan pembayaran di dalam toko dengan platform tradisional. Dengan headless, setiap titik kontak pelanggan dapat menjadi checkout — tidak ada batasan.
Konsumen sekarang memiliki tingkat harapan baru ketika mereka berinteraksi dengan suatu brand, dan mereka ingin membeli apa yang mereka sukai pada saat itu.
Ambil contoh, Lidya berolahraga dengan peralatan home fitness interaktif seperti treadmill yang dilengkapi monitor terintegrasi WiFi. Selanjutnya, sambil berolahraga, ia menonton tutorial dan melihat sang pelatih fitness memakai sepatu yang ingin ia beli.
Headless technology bisa mengaktifkan checkout pada aplikasi fitness tersebut, jadi pelanggan bisa langsung membeli setelah, atau selama, latihan tersebut.
Wah, ada banyak titik kontak pelanggan digital lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk pengalaman bertransaksi belanja atau dikomersialkan.
Akan tetapi, hal itu hanya bisa dilakukan dengan headless commerce. Brand bisnis bisa menang dengan membangun loyalitas pelanggan dan menempatkan tombol checkout pada jalur yang tepat.
Identifikasi dimanakah saluran yang paling disukai konsumen Anda? Siapa tahu, dari sinilah awal bisnis Anda mendorong penjualan, dan meningkatkan omset bulan ini?
Maka itu, sudah saatnya nih, bisnis Anda menerapkan headless commerce untuk meningkatkan sistem eCommerce dan pengalaman belanja pelanggan yang lebih nyaman. Coba cek solusi Headless Commerce dari Mayar.ID disini: https://mayar.id/headless-commerce
Hubungi [email protected] untuk pertanyaan atau kendala mengintegrasikan metode pembayaran headless commerce yang mendukung bisnis digital Anda.